Tragis…!!
Mungkin inilah kata kata yg dapat disimpulkan dalam peristiwa ini. Seperti yang terjadi di Negara Timur Tengah, Uganda, dari laporan sorang pejabat pemerintahan uganda telah menyatakan bahwa di Negaranya telah terjadi sambaran halilintar yang membunuh sebanyak 22 Siswa dan 1 Guru disekolah.
Tidak hanya itu saja Ternyata ini juga menimpa terhadap sekolah tetangga yang berjarak 200 mil dari ibu kota juga terkena sambaran sedikitnya 37 siswa dan 2 orang guru harus mendapatkan perawatan intensif karena luka luka yg diderita.
Dari penyelidikan sementara yg melibatkan para ahli meteorologi di simpulkan bahwa sekolah sekolah tersebut berada didaerah dataran tinggi dan tidak memiliki konduktor petir. Kejadian ini sudah sampai pada pemerintahan yang ada dan menjadi topik untuk dibahas di parlemen karena hal ini sudah bukan lagi menjadi hal yg luar biasa melainkan sudah menjadi krisis bencana alam permanen. Menurut organisasi meteorologi dunia bahwa uganda merupakan negara yang mempunyai tingkat kematian yg tertinggi akibat halilintar. Para ahli meteorologi ini juga menghimbau pemerintah untuk segera menyediakan konduktor/penangkal petir yang cukup untuk bangunan yg berdiri pada pusat badai seperti halnya sekolah tersebut.
Dari data yang ada di sebutkan bahwa korban tewas akibat sambaran halilintar sejumlah 38 orang itu terjadi dalam minggu ini saja…. bayangkan!! berapa banyak lagi yang akan jatuh korban jiwa bila konduktor tersebut tidak segera di realisasikan oleh pemerintah setempat mungkin ratusan orang akan menjadi korban dan ratusan juta bahkan miliaran rupiah yang mejadi kerugian dalam hal meteri.apalagi didukung oleh perekonomian negara tersebut dimana kemiskinan menjadi pemandangan utama di negara itu.
Konduktor petir atau penangkal petir berguna sebagai peredam atau penyalur arus petir kedalam bumi
Kejadian yang mengerikan dan tragis terjadi akibat dari sambaran petir, petir semakin menjadi dan tidak pandang bulu siapa saja akan terbunuh jika tidak berhati-hati berada di areal terbuka disaat hujan dan petir tengah berlangsung
Dua Siswa Tewas Mengerikan Tersambar Petir
Dua murid tewas seketika dan 18 lainnya menderita luka bakar setelah tersengat oleh petir saat sedang melakukan olahraga di sebuah sekolah di Mangwe, Matabeleland Zimbabwe Selatan pada hari Jumat.
Puluhan anak-anak sedang keluar bermain setelah pukul 3 sore pada hari Rabu itu, ketika petir membawa teror ke Sekolah Nguwanyana Utama.
Murid yang meninggal telah diidentifikasi Sharon Sibanda, 13 tahun dan Bongile Ndlovu, 12 tahun. Juru bicara Matabeleland Selatan polisi Sersan Loveness Mangena mengatakan 18 murid yang terluka sedang dirawat secara intensif di Rumah Sakit Kabupaten Plumtree. memang daerah belahan dunia afrika ini intensitas petir begitu hebat tidak kalah hebatnya dengan di daerah tropis
Sersan Mangenai seorang polisi setempat mengatakan: “Mereka terluka luka bakar dengan berbagai tingkat, dan jumlah korban tewas bisa saja meningkat seiring dengan luka bakar yang serius yag diderita murid lainnya”. memang daerah afrika intensitas petir begitu tinggi dan banyak bangunan dan tempat strategis yang tidak terproteksi dengan penangkal petir.
Selain kurangnya kesadaran tentang pentingnya penangkal petir , mereka juga kurang mendapatkan sosialisasi pengetahuan tentang petir dan bagai mana sifat dan kecenderungan petir menyambar itulah yang harus menjadi perhatian pihak yang terkait, hingga jatuhnya kerugian dan korban jiwa dapat diantisipasi meskipun tidak sepenuhnya, paling tidak adalah menguranginya.
Pengetahuan tentang petir menjadi sangat penting , karena sudah berapa banyak orang atau pun para murid sekolah yang menjadi korban, baik di dalam maupun luar negeri akibat ketidak tahuan mereka tentang petir, misal beberapa murid menjadi korban karena bermain sepak bola di saat hujan dan badai petir.
Maka tak ayal lagi petir akan menjadikan mereka sasaran atau target sambaran. Pengetahuan inilah yang harus diperhatikan oleh instansi dan sekolah sekolah yang ada dan menjadikan nya sebagai pengetahuan reguler atau menjadikannya bidang study yang baru.