Sambaran Petir Menewaskan di Purwakarta Jabar
Kapolres Purwakarta, AKBP Bahtiar Ujang Purnama, mengatakan peristiwa nahas ini terjadi sore hari saat Purwakarta bagian selatan di guyur hujan lebat. Hujan yang disertai petir itu, ternyata meminta tumbal jiwa dua nyawa.
Kedua korban itu, masing-masing Entin Binti Dulpai (30) dan Naura Pazrina (7 bulan). Selain kedua korban tersebut, ada juga korban yang selamat atas nama Meli (10). Meli hanya menderita luka bakar di bagian perutnya.
Berdasarkan penuturan sejumlah saksi, ketika itu Entin yang menggendong Naura serta menuntun Meli sedang berteduh di bawah pohon cengkeh tidak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba saja, kilatan petir disertai bunyi keras menyambar mereka. Sehingga, ketiganya terpental dan terjerembab ke tanah. “Warga langsung menolong ketiganya,” kata Ujang, kepada sejumlah wartawan.
Namun sayang, saat warga berupaya menolong hanya Meli yang berhasil selamat. Itu pun dengan luka cukup serius di bagian perut. Sementara nyawa ibu dan adiknya tak tertolong lagi. Ketiganya sempat dibawa ke Puskesmas Pusakamulya. Namun, hingga berita ini diturunkan hanya Meli yang masih mendapat perawatan medis.
Sedangkan, kedua korban tewas dikembalikan ke keluarganya untuk dimakamkan. Bahtiar menghimbau kepada warga Purwakarta, supaya berhati-hati saat musim penghujan ini. Pasalnya, hujan yang turun sering disertai dengan petir. “Cuaca saat ini tak menentu,” kata Bahtiar.
REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA
Tewas Disambar Petir Saat Sadap Karet
Informasi yang dihimpun Tribun, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 06.00. Cuaca saat itu mendung putih dan hujan gerimis disertai petir.
Sopiah (50), seorang wanita petani karet, warga Dusun Purwabakti, Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo, tewas tersambar petir, Jumat (11/11). Ia tak tertolong lagi saat sedang memotong dan menyadap karet di kebunnya di Dusun Serana Jaya.
Dari keterangan suami korban, Suadi (50), ia bersama istrinya berangkat dari rumah menuju ladang sekitar pukul 05.15, dan sampai di kebun sekitar pukul 05.45, karena cuaca yang buruk pasangan suami istri ini memilih berteduh di pondok terlebih dahulu menunggu hingga hujan reda.
Sopiah memilih langsung bekerja menyadap karet. “Istri saya langsung pergi membawa pisau potong. Beberapa menit kemudian baru saya menyusul,” ceritanya.
Diungkapkannya, waktu menyusul istrinya, ia sempat kebingungan, karena tidak melihat istrinya di sekitar pohon karet yang akan disadap.
“Saat saya menyusul, ia tidak terlihat. Saya coba menghubunginya melalui hape (ponsel-red), tapi hape-nya sudah tidak aktif,” kata Suradi, yang sangat terpukul atas peristiwa tersebut.
Setelah ditelusuri ia baru menemukan istrinya 50 meter dari pondok. Korban ditemukan sudah tak bernyawa, dengan kondisi yang mengenaskan seluruh badan terutama di bagian perut, dada, dan kaki mengalami luka bakar.”Sebelum ditemukan memang ada petir yang terjadi,” tuturnya.
Menurut keterangan warga setempat, setelah melihat istrinya tersambar petir, suami korban panik dan memanggil masyarakat sekitar. “Kami ke lokasi setelah diberitahu suami korban. Kejadiannya sekitar pukul 6.00”, sebut warga yang meng evakuasi korban dari lokasi kejadian.
Warga menyebutkan, korban meninggal karena tersambar petir. Ini terlihat dari kondisi tubuh yang terbakar dan tanah di bawah jenazah pertama ditemukan berlobang. Cuaca saat itu juga hujan disertai petir.
“Waktu pertama kali kami melihat, korban saat itu bawa hape. Tapi kami lihat hape-nya sudah tidak nyala lagi,” jelas warga yang menduga korban tersambarnya petir karena pengaruh ponsel yang dibawanya.
Kejadian ini dibenarkan Rio (kades) Purwobakti, Sugeni. “Ya, warga kita tersambar petir, saat sedang menyadap karet di kebun,” sebutnya.
Kapolsek Kota Muara Bungo, Iptu M Alpian, juga menguatkan. “Ya, ada warga meninggal di kebun karet, diduga karena tersambar patir,” sebutnya.
Pantauan Tribun di rumah duka, keluarga korban sangat sedih. Terlebih suami korban tak hentinya menangis. Puluhan warga mengunjungi rumah duka, aparat kepolisian juga terlihat berada di rumah duka. Jasad korban hari itu juga dikebumikan oleh pihak keluarga.
tempat pertanian terasa tidak mungkin di pasang penangkal petir maka berhati hati di tempat seperti ini !